Selasa, 19 Januari 2010

SCOOTERIST

Hobbi. Itu nilai pesan moril terpenting dalam icon yang mereka kedepankan. Bagaimana tidak. Pencinta kenderaan roda dua jenis scuter ini, rela berpanasan di jalanan yang berdebu dan terlebih lagi, kerap disuguhi gas buang emisi dari kenderaan yang lalu lalang. Dengan modal kebersamaan, mereka menembus jalanan. Meski puluhan bahkan ratusan kilometer yang dilalui untuk mencapai titik kumpul para komunitas yang mengandrungi, kenderaan Vespa produksi negeri Italia.
Mencapai puluhan orang, ‘anak motor’ itu nama yang mereka sebutkan untuk komunitas/perkumpulan segala macam merk kendaraan sepeda motor, yang mayoritas Vespa itu. Memiliki banyak spesifikasi, para pecinta kenderaan Vespa ini, salahsatunya dengan kesan kumuh atau gembel. Selain itu, juga masih ada komunitas dengan kesan yang lebih kinclong. Namun, untuk komunitas gembel ini, pada umumnya, seluruh kenderaan yang ditumpangi dalam mengarungi jalanan, seluruh body kenderaan roda dua milik mereka digelantungi segala macam sampah. Itu, menambah kesan, kekumuhan. Nyaris, bentuk fisik motornyapun tidak terlihat lagi.

Bahkan, dari berbagai komuitas yang ada, juga turut hadir dari daerah, seperti Jogja, Jakarta, Bali, Semarang, Pekan Baru, dengan mengendarai motor tuanya. Terkesan kelelahan, memasuki inti kota Rantauprapat, rombongan ini, menyempatkan diri istirahat di Kota Rantauprapat. Maka, takheran, dengan kesan nyentrik itu, Rabu (25/6) lalu, komunitas ini jadi pusat perhatian warga kota Rantauprapat. Sebelum, akhirnya kembali bergerak menuju tujuannya semula ke Sabang, Nangroe Aceh Darusslam (NAD) sebagai ‘titik nol” kumpul, di Rantauprapat, tepatnya di kawasan lapangan Ika bina Rantauprapat di jalan HM Thamrin, mereka sempat bersendagurau dengan warga setempat. Khusunya, dengan komunitas sejenis yang berasal dari kota itu.

Seperti penuturan Mery yang mengaku berasal dari Jogja, gadis muda kisaran 25 tahun ini, mengaku mengendarai vesva tuanya bersama dengan suami tercinta dengan berbulan madu, menuju Sabang.

Dijelaskannya, dari Pekanbaru, mereka memakan waktu sekitar satu minggu. Hal itu dikarenakan, disepanjang jalan, anak motor tersebut selalu memungut sampah demi menjaga kebersihan lingkungan dan akan dijual guna tambahan biaya perjalanan. “Kalau dari Jogja ya tidak ingat lagi bang. Tapi, kalau Pekanbaru sampai Rantauprapat, sekitar satu mingguan.. Dari sana, kami terus bertemu dengan teman-teman lainnya. Termasuk dari Rantauprapat, dan kota Medan. Setelah itu baru ke titik nol, Sabang,” kisah Mery.

Menurut Mery, kepercayaan mereka, setiap anak motor mesti melakukan perjalanan sampai ke titik nol. Sehingga, jika belum mampu melakukan touring ke Sabang, belum dapat dikatakan masuk dalam perkumpulan itu.

Setelah sampai disana, katanya, anak-anak motor yang berasal dari berbagai daerah itu akan mengadakan acara silaturahmi diantara sesamanya. “Walau segala rintangan mereka hadapi, tapi niat itu harus dilaksanakan. Kalau Sabang itu seperti Jantung-nya kami. Jadi kalau belum kesana, ya belum anak motorlah. Selain menjual barang bekas, kami juga selalu dapat bantuan dari teman yang ada didaerah saat kami lintasi. Makanya motor kami banyak sampahnya, hitung-hitung menjaga kebersihanlah,” jelasnya lagi.

Selain dari daerahnya, kumpulan mereka juga berasal dari daerah lain. Makanya sekali bepergian, tak jarang jumlah mereka mencapai puluhan sepeda motor. Saling bahu membahu sudah tertanam dikumpulan mereka.

Saat mereka melepaskan lelah di lapangan Ika Bina Rantauprapat, puluhan vesva dan motor lainnya, terlihat digelantungi berbagai macam sampah, mulai dari kulit durian, hingga botol aqua kosong. Pemandangan itu membuat warga sekitar berkumpulan. Moment itu tidak disia-siakan mereka, dengan menggunakan helm yang ditaruh diatas kursi plastik, puluhan warga secara spontan menyumbangkan sebahagian rejekinya untuk biaya mereka diperjalanan.

Disinggung tentang anggapan masyarakat, bahwa anak motor atau kumpulan lainnya selalu membuat warga resah, mereka menampiknya. Sebab, seluruh anak motor terus menjalin tali silaturahmi dan sekaligus memperlihatkan kekompakan sesamanya. Bahkan, dikumpulan mereka ada yang berstatus pegawai negeri sipil. “Kita jalin silaturahmi melalui moment ini. Disini kita didorong untuk saling memperhatikan, dan kami bukan berasal dari anak jalanan, soalnya ada juga yang PNS. Kami sendiri tidak suka dengan kekerasan,” tambah suami Mery menyamperi.

Untuk itu, mereka juga minta dukungan kepada semua pihak dalam hal tujuan mereka ke titik nol, Sabang. Niat mereka tidak akan terlaksana tanpa ada dukungan lainnya.

Caca, salah seorang anggota club vesva antik Q-Ta2 Vesva Labuhanbatu saat didampingi ketuanya Fery gimbal mengaku anak motor dari Labuhanbatu, juga turut mengirimkan perwakilannya ke Sabang. Katanya, puncak acara di NAD atau titik nol pada tanggal 9 Juli 2008 mendatang. “Kita juga berangkatkan perwakilan. Rencananya, tanggal 9 Juli 2008 nanti. Disana akan berkumpul seluruh komunitas anak motor dalam event Kumpul Bareng scuter Sumatera (KBSS). Disana, nantinya akan berkumpul seluruh pecinta Vespa,” jelas Caca.

Keakraban terlihat sesaat sebelum keberangkatan kumpulan tersebut. Sambut pelukpun mewarnai perpisahan anak motor dengan club yang ada di Labuhanbatu. Bahkan terlihat beberapa anak vesva Labuhanbatu memberikan minuman kemasan disaat anak motor lainnya mulai beranjak meninggalkan Rantauprapat.

hell bro!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar